Jelajah Cagar Alam Leuweung Sancang

oleh

Wisata Priangan – Sejak dulu Garut dan sekitarnya digambar bak negeri dongeng di atas pegunungan di Eropa Barat, Switzerland van Java. Itulah gambaran akan keelokannya hingga kini, hutan, persawahan, pantai, sungai hingga masyarakatnya begitu memesona.

Setiap jengkal objek wisata yang ada seakan menarik pengunjung untuk bisa menginjakkan kaki ke sana. Terbesit sebuah nama yang sejak dulu penuh dengan cerita dan panorama nya tetap terjaga, jauh dari tangan jahil yang mengubah ciptaan Sang Maha Kuasa. Tempat itu adalah Leuweung Sancang dan sejumlah cerita siap diukir andai bisa ke sana.

Cagar Alam dan Tempat Hidup spesies Langka

Kondisi alam yang masih sangat asri seakan menjadikan cagar alam di Hutan Leuweung Sancang bak laboratorium pembelajaran. Sebarannya yang begitu luas tersebut jadi area bermain satwa liar tanpa gangguan manusia.

Kicauan burung, jejak kaki kanan hewan herbivora, serta predator tertinggi di rantai makanan tak sungkan menampakkan diri Habitat hewan yang dilindung seperti Macan Tutul (Panthera pardus), banteng (Bos sondaicu), beragam jenis rusa (Cervus sp.) hingga merak (Payo muticus) hidup tentram di dalam cagar alam. Mereka tak takut akan gangguan pemburu yang masuk, karena hukum adat yang kuat sehingga buat Leuweung Sancang tetap terjaga.

Secara luas wilayah, Hutan Sancang masuk ke dalam Cagar Alam yang dilindungi oleh pemerintah. SK Menteri Pertanian No. 370/Kpts/Um/6/1978 jadi surat sah akan keberlangsungan akan cagar alam sejak pertama sekali dicetus di tahun 1978.

Hutan cagar alam tersebut terbagi jadi tiga wilayah yaitu dimulai dari hutan hujan tropis dengan kontur daratan rendah, hutan Mangrove, dan hutan pantai yang memberikan panorama menarik hingga dasar laut. Siapa pun yang datang seakan merasakan beragam potensi satu cagar alam dalam tiga paket sensasi.

Jejak mitos dan legenda di Leuweung Sancang

Ada banyak sejarah yang ada di dalamnya, salah satu yang paling dikenal adalah kisah mitologi harimau putih nan buas. Perwujudan dari raja terakhir yang terkenal akan wibawanya dari kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Nama Leuweung Sancang sendiri sudah menjadi primadona yang begitu membuat bulu kuduk bergidik ngeri. Dalam harfiah kata, Leuweung punya arti hutan dalam Bahasa Sunda dan Sancang menggambarkan Raja nan Agung dan harum dari kerajaan Pajajaran. Ia lebih baik mengasingkan diri dibandingkan harus melalui pertumpahan darah.

Alkisah singa raja terakhir mendadak hilang, meninggalkan kerajaan yang mulai goyah. Sang raja memilih pergi dan mengasingkan diri. Salah satu pilihannya adalah Hutan Leuweung Sancang. Di dalam legenda tersebut, sang raja benar-benar menghilang atau dalam Bahasa Sunda berarti nga-hyang bersama sejumlah prajurit pilihannya.

Sebelum menghilang, Sang Prabu Siliwangi meninggalkan sebuah mandat berharga. Bahkan hingga kini masyarakat Garut mengenalnya dengan Amanat Uga Wangsit Siliwangi. Pada salah satu petikan bunyi wangsit terseut tertulis: Lamun aing geus euweuh marengan sira, tuh deuleu tingkah polah maung yang artinya: (Kalau saja aku tidak menemaimu, lihat saja tingkah laku harimau).

Kearifan lokal tersebut seakan tetap terjaga dan bahkan menjadi cagar alam milik warga Garut yang diakui oleh dunia. Beragam ekosistem yang dimilikinya seakan terus terjaga dan menjadi daya tarik siapa pun untuk datang dan mengetahui isinya.

Memang sangat layak menggambarkan Garut bak Switzerland van Java seperti yang sudah disematkan sejak zaman kolonial dulu. Satu tempat yang begitu memesona adalah Leuweung Sancang, beragam panorama alam jadi satu paket dalam sekali kunjungan.

Sumber : https://www.lupadaratan.com/2019/10/Jelajah-leuweung-sancang.html

No More Posts Available.

No more pages to load.